Things I don't buy
Setelah setahun lebih menerapkan hidup minimalis, saya
banyak menyadari untuk hidup seapa adanya dan memahami “ cukup itu seberapa sih?”
Beberapa kali declutter selalu menyisihkan barang cukup
banyak untuk dibuang, didonasikan, maupun dijual. Padahal saya bekerja seharian
dari jam 07.30 hingga 17.00 untuk menghasilkan uang yang hanya dibelikan barang
yang ujung-ujungnya kurang bermanfaat dibuang lalu menyesal, lalu di lain waktu
kembali membeli kemudian membuang seperti itu saja muter-muter siklusnya. Setelah
fase declutter akhirnya saya sadar untuk membeli barang yang memang benar-
benar dibutuhkan dan mengurangi ketertarikan terhadap benda. Barang tersebut
tidak saya beli lagi karena memang tidak butuh dan sudah memiliknya cukup tidak
untuk menambah koleksi.
1.
Ngopi di coffee shop
Entah mengapa akhir2 ini suka ngopi bareng di coffee shop ala-ala kafe. Satu cup sekitar Rp 20.000 lumayan juga kalo ngopinya rutin. Dari situ aku sadar, sebaiknya mengurangi kopi, dan menggantinya dengan ngeteh atau soklat bubuk.
2.
Perhiasan emas dan aksesoris
Saya tidak memakai perhiasan apapun di tubuh
saya, bahkan perhiasan yang saya miliki hanya satu cincin itu pun akhirnya saya
jual kembali di toko emas saat harga melambung tinggi hehe. Aksesoris kalung
hanya mempunyai satu itupun jarang dipakai mungkin saat kondangan. Saya
terbebas dari tuntutan diri untuk tampil lebih glamour dan lepas dari kesan pamer.
3.
Jam tangan
Terakhir memakai jam tangan saat diklat atau
ujian dinas yang hanya dipakai untuk mengecek sisa waktu yang ada saat
mengerjakan soal. Jam tangan tersebut sudah saya jual preloved di salah satu
platform karena saya bisa menggunakan handphone sebagai penunjuk waktu mobile.
Pergelangan tanganku cukup kurus seperti tangan olaf ditambah lagi alergi
terhadap benturan atau gesekan kulit dengan logam sehingga memang saya benar-benar
tidak membutuhkan jam tangan.
4.
Laundry
Saya orang yang malas, sangat malas
sehingga dulu selalu mengandalkan jasa laundry untuk mengurangi beban mencuci
baju seminggu sekali. Padahal mencuci baju bisa dilakukan sendiri dan menghemat
pengeluaran laundry sebulan sekitar Rp 100.000,- Meski cucian tangan saya tidak
sebersih mesin, tapi setidaknya saya bisa mengerjakan sesuatu yang seharusnya
bisa dikerjakan sendiri. Namun tak dipungkiri, jika saat kelelahan bekerja tetap saja masuk ke laundry hehe
5.
Pewangi baju
Softener memang membuat cucian baju lebih
lembut dan wangi, namun saya cukup repot jika harus membilas kemudian merendam
cucian lagi dengan softner maupun memakai softener yang satu kali bilas. Saya
memilih deterjen yang sekaligus mengandung softener dan antibacterial meski
hasilnya tidak sewangi memakai softerner.
6.
Pewangi ruangan/ diffuser
Jenis spray, gel, cair, atau bahkan
menggunakan diffuser pewangi ruangan sudah tidak saya beli lagi. Apabila ada
bau kurang sedap saya cukup membuka jendela maka perlahan akan berganti siklus
udaranya.
7.
Peralatan dapur (panci, mangkok, cutlery)
Saya menjalani hidup sendiri dan makan
sendiri di kostan jomblo pula wkwk jadi untuk apa membeli tambahan peralatan
makan? Panci bisa memakai panci magicom, mangkok bisa memakai panci magicom
hehehe. Cutlery pun hanya memiliki 1 pisau dan telenan, beberapa sendok garpu, irus
dan pencapit bahkan saya tidak mempunyai solet atau spatula karena selama ini
memakai sendok dan pencapit pun sudah bisa memudahkan proses masak.
8.
Panty liner
Pasca menstruasi wanita biasanya masih ada
flek dan memakai pantyliner. Setelah saya membaca artikel mengenai riset
pemakaian pantyliner, bahwa pemakaian dalam waktu lama pun bakteri makin
berkembang biak pada pads kecil tersebut. Belum lagi gesekan dengan kulit yang
bisa menyebabkan alergi dan saya pernah mengamati tekstur pantyliner yang telah
dipakai ada semburat benang tipis dari kapas alias mbradul. Dengan sering membersihkan
organ kewanitaan dan sering mencuci pakaian dalam pun bisa menjadi alternatif
daripada memakai pantyliner.
9.
Make up (eyeshadow, foundation, highlighter)
Dulu saya pernah teracuni dengan make up
tutorial, make up haul, unboxing dan sejenisnya yang ditawarkan di media sosial.
Saya mencoba dan belajar make up meski selalu saja tidak bisa dan hasilnya
menor hahaha. Dari make up yang dibeli pun rata-rata jarang dipakai bahkan melewati
masa PAO dan kadaluarsa. Sehingga saya sadar hanya memiliki makeup basic saja
sudah cukup terlebih lagi keseharian pun sudah jarang memakai make up. Saya menggunakan
multifungsi make up seperti blush on yang bisa dipakai sekaligus untuk eyeshadow
dan primer mirip BB cream yang bisa dipakai sekaligus sebagai foundation atau
bedak yang mengandung foundation.
10.
Butter
Butter merupakan solusi andalan untuk kulit
kering, namun saya selalu lupa untuk memakainya karena hanya mengolesi dengan
handbody. Akhirnya saya putuskan tidak lagi membeli butter dan menghabiskan
sisa yang ada.
11.
Sepatu
Jika ada sepatu yang lucu-lucu dulu selalu
belanja tanpa pikir panjang dan setelah dipakai ternyata bikin lecet. Setelah
saya tahu sulitnya menjual atau memberi sepatu yang jarang dipakai, akhirnya
tidak ada lagi keinginan untuk membeli sepatu.
12.
Lilin
Setiap berdoa, novena, misa online dianjurkan
untuk menyalakan lilin sebagai simbol kehadiranNya menerangi kita. Dulu selalu
membeli lilin batang maupun aromatherapy beserta koreknya yang langsung cepat
habis ketika dinyalakan. Saya memanfaatkan minyak jelantah dan toples bekas madu
untuk pengganti lilin meski cahanya tidak seterang memakai lilin tapi itu
cukup. Untuk tutorial DIY lilin dari minyak goreng bisa dilihat di link ini ya.
https://www.youtube.com/watch?v=7j6uypARXW4
13.
Conditioner rambut
Karena rambutku lepek aku tidak cukup menggunakan
shampoo dan selalu menggunakan conditioner dan hairmask, namun setelah mengenal
minimalis saya harus memilih salah satu dari conditioner atau hairmask untuk
melembutkan rambut. Hingga saya memilih memakai hairmask sebagai subsitusi dari
conditioner.
14.
Buku
Ketika membeli buku kita tertarik untuk membacanya
dan ketika sudah selesai mungkin kita tidak akan membaca Kembali karena sudah
tahu isi dari buktu tersebut. Tumpukan buku yang akhirnya hanya jadi pajangan,
dan berdebu. Pernah juga mencoba membaca ebook yang bisa diunduh, namun saya
juga membayangkan posisi pada seorang penulis yang sudah mencurahkan pikiran
perasaanya untuk menulis buku lalu kemudian diunduh seenak jidat tidak dari platform
resmi alias gratisan. Kamu bisa berlangganan perpustakaan nasional dengan meminjam
buku online dengan aplikasi iPusnas.
15.
Stuff for home decor
Ketika mampir ke stuff corner atau hanya
menemani teman membeli kado di Ace Hardware, informa, ikea pasti kita ada
keinginan untuk membeli pernak-pernik, hiasan, pajangan rumah. Melihat design
yang lagi in belakangan ini tentang minimalist concept yang selalu menghadirkan
lambang daun monstera, daun palma, daun rambat atau apalah itu. Saya orang yang
berantakan kurang paham dan kurang tertarik untuk menata kamar dan menambah
barang pajangan supaya terlihat lebih estetis. Pajangan pun cuma punya macan
dan kerbau kecil untuk simbol keberuntungan hehehe. Tinggal di kamar yang
polosan kosong tanpa ornament pun tetap masih bisa tidur nyenyak.
16.
Serbet/lap
Membeli serbet khusus untuk mengelap dapur
dan permukaan kotor tidak pernah saya lakukan. Selama ini hanya memanfaatkan
serbet dari pakaian/kaos bekas yang berbahan katun atau yang menyerap air.
17.
Mouthwash
Merubah kebiasaan setelah gosok gigi lalu berkumur
dengan mouthwash memang butuh waktu yang lama. Awalnya memang merasa seperti
ada yang kurang besih tapi lama-lama juga terbiasa cukup dengan menggosok gigi rutin
dan setelah makan yang aromanya tajam atau kurang sedap.
18.
Baju
Coba kalian kumpulkan keseluruhan baju di
atas Kasur dan pasti terheran kenapa bajuku sebanyak ini, yang dipakai pun
hanya itu-itu saja. Hasil declutter selalu ada saja baju yang tersingkirkan, padahal
dulu dibeli juga pakai uang hikshiks. Dari sini saya belajar untuk memiliki
baju yang nyaman dipakai bisa dari bahan yang adem atau model yang simple
sehingga lebih sering saya pakai dan ada manfaatnya kenapa dibeli. Jika memang
harus membeli harus ada yang saya singkirkan seperti konsep 1 in 1 out.
19.
Sheetmask
Sheetmask adalah salah satu dari tahapan Korean
skincare routine yang dahulu sempat saya terapkan. Memang sih setelah memakai
sheetmask kulit wajah terasa segar, kenyal, dan lembab. Tapi dilihat dari
esensinya dengan kemasan satuan sekitar Rp 20.000 sd Rp 50.000 sekali pakai
langsung buang, belum lagi menyisakan sampah plastik kemasan dan pads. Sebagai pengganti
sheetmask saya memakai claymask yang berbentuk tube bisa dipakai berkali-kali
dan mengurangi sampah plastic.
20.
Deodorant
Saya agak skeptis dengan pemakaian deodorant
apalagi kebanyakan produk mengandung Aluminium yang mencegah keringat keluar
dari ketiak. Coba kalian sebelum membeli deodorant baca ingredients produk
tersebut apakah mengandung Aluminium Zirconium, Aluminium Chlorohydrate meski persentasenya
masih dibawah standar. Pernah saya menemukan produk deodorant pixy yang tanpa
aluminium namun membekas gelnya di pakaian. Pernah juga produk herbal deodorant
namun kurang praktis karena berbentuk cair dan itu seperti mengendap sejenis
larutan tawas. Jika memang ketiak basah ya ganti baju, atau mandi jika keadaan
memungkinkan.
Dari beberapa barang yang tidak lagi dibeli itu lumayan
cukup untuk mengurangi pengeluaran bulanan, alhasil dari pos tersebut bisa saya
alihkan untuk menabung. Pernah saya baca komen netizen di akun gossip “ lebih
baik rekening yang membengkak daripada barang yang menumpuk”
Komentar